Sunday, September 14, 2008

Tiada Yang Kekal di Dunia Ini, Nak.


berhubung Ifa sering banget bertanya perihal kematian semenjak Jid-nya meninggal, browsing & ketemu artikel ini di cyberwomwn.cbn.net
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bila yang mengasuh atau orang yang dekat dengan anak sangat terpukul oleh kematian tersebut, anak akan mengalami gangguan emosional walaupun tidak sepenuhnya memahami kematian itu sendiri

Kenapa Kakek meninggal? Mengapa Ibu pergi ke surga dan tak pulang lagi? Kenapa si manis bisa mati? Orang-orang dewasa biasanya akan memberikan jawaban yang ‘tak menyakiti’ atau ‘membuat sedih’ pada si kecil yang ditinggal wafat orang-orang terdekatnya atau binatang kesayangannya. Jawaban kias soal kematian akan lebih sering terlontar, seperti terbang ke langit menuju surga, pergi jauh, bertemu Tuhan, dan lainnya. Umumnya orang dewasa berusaha melindungi perasaan anak.

Sementara itu, tutup usia atau kematian bisa datang pada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun tanpa melihat kondisi orang yang akan mati maupun yang hidup di sekitar yang mati. Anak kehilangan orangtua, kakek, nenek, paman, bibi, adik, kakak, sepupu, teman, dan guru juga tak melihat kesiapannya untuk ditinggal. Berapa pun usianya dia bisa saja mengalami takdir hidup ini. Bagaimana cara menjelaskan anak tentang konsep mati ini? Perlukah ini dilakukan? Kapan saat tepat menjelaskan hal ini? Tidakkah penjelasan soal ini bisa mempengaruhi perkembangannya?

Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risma Musa MSi, mengatakan mengenalkan konsep kematian pada anak tidak harus menunggu sampai adanya peristiwa kematian. Sebaiknya mulailah dengan menggunakan beberapa momen dari sekarang. Lalu refeleksikan hal-hal yang Anda percayai dan ceritakan pengalaman Anda. ‘’Ceritakan pada anak, kematian merupakan bagian dari siklus kehidupan yang terjadi secara alami. Di saat yang bersamaan, Anda pun bisa mengajarkannya bagaimana menghargai kehidupan,’’ paparnya.

Dalam mengenalkan konsep kematian, lanjut Elly, sebaiknya orangtua perlu memperhatikan usia, tingkat kecerdasan dan perkembangan emosi anak. Saat usia anak 3,5-4 tahun orangtua bisa menjelaskan kematian dari hal-hal yang konkret dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, membuat pohon tauge dari biji kacang hijau yang diberi kapas basah. Ajak anak memperhatikan perubahannya, saat tauge tumbuh, katakan padanya itu merupakan bentuk kelahiran dari mahkluk hidup. Ketika tauge menjadi layu dan mati, pada saat inilah orangtua bisa memberikan penjelasan secara biologis misalnya tauge mati karena tidak diberi pupuk. “Jelaskan bahwa kematian bagian dari kehidupan. Di setiap kehidupan, akan diakhiri dengan kematian begitu juga pada manusia,” ujarnya.

Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Evita Singgih MSi menambahkan, yang paling penting adalah membantu anak untuk melihat kematian sebagai satu tahapan yang alami dan tak perlu ditakuti. Bila penjelasan di luar kemampuan kognisi anak, anak tidak akan mengerti atau menginterpretasi secara keliru. Tidak ada gunanya memaksa anak untuk memahami lebih dari yang mampu dipahami sesuai usianya.

Elly mengatakan, cara mengenalkan soal kematian yang paling mudah pada anak ialah menjawab saat anak bertanya. ‘’Karena ini menunjukkan bahwa saat itu anak memang sudah siap dan membutuhkan penjelasan mengenai kematian,’’ terangnya. Biasanya anak bertanya saat ia melihat atau mengalami kematian di lingkungannya apakah kerabat, hewan peliharaan, atau kebetulan melihat acara di televisi atau membaca ataupun mendengar dongeng yang menyinggung masalah kematian.

Manfaatkan golden opportunity dari kejadian-kejadian sehari-hari, misalnya melalui berita mengenai bencana alam (tsunami, gempa, banjir, dan sebagainya) yang memakan korban jiwa atau ketika binatang piaraan kesayangannya mati. "Jangan diam saja, namun berikan pemahaman, saat melihat hal-hal tersebut bersama anak," ujar Elly. Jelaskan pada anak bahwa kejadian yang dilihatnya sebagai penyebab kematian merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Mungkin anak akan bertanya-tanya alasan Tuhan mengambil seseorang yang mereka sayangi. "Tanamkan kesadaran pada anak bahwa setiap mahkluk hidup diciptakan dan diberi kehidupan oleh Tuhan, waktu kematian pun sudah ditentukan oleh Tuhan meski melalui cara yang berbeda-beda. Lakukan pendekatan melalui agama dengan berdoa dan memperlihatkan ayat alkitab yang menunjukkan kekuasaan tuhan,” paparnya.

Jangan gunakan kiasan
Steven Bachrach MD dari Alfred I. duPont Hospital for Children,Wilmington, AS, dalam artikelnya How to Help Your Child Deal with Death mengatakan, ada baiknya tidak menggunakan kiasan yang membuat anak malah tidak memahami situasi yang terjadi. Meski umumnya anak sulit memahami semua orang yang hidup akan meninggal sewaktu-waktu. Jadi meski Anda sudah menjelaskan, anak tetap akan bertanya dimana atau kapan mereka ‘kembali’. Berikan pemahaman, bahwa orang yang sudah meninggal tak akan ada lagi di dunia dan anak tidak bisa menemuinya lagi.

Hindari mengatakan ‘Paman A sedang di langit’ atau ‘nenek sedang tertidur panjang’, karena akan membingungkan anak serta membuatnya menunggu kehadiran sang nenek atau paman. Alhasil anak akan terus bertanya-tanya. "Jawab pertanyaan anak dengan apa adanya, tapi pastikan anak berkesempatan bertanya untuk mengetahui informasi lebih banyak. Tidak mengapa jika orangtua belum bisa menjawab semua pertanyaan. Katakan dengan jujur, Anda pun belum tahu jawabannya, namun tetap usahakan memberi jawabannya," jelas Bachrach.

Kenali Emosi anak
Anak berusia 5-6 tahun, lanjut Bachrach, masih melihat dunia secara lateral. Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkret. Jika orang sakit atau tua, misalnya, jelaskan bahwa organ tubuh mereka tidak berfungsi dengan maksimal dan dokter pun tak bisa memperbaikinya. Jika seseorang meninggal tiba-tiba akibat kecelakaan, Anda bisa jelaskan apa yang terjadi, tubuh orang tersebut berhenti bekerja.

Dalam menghadapi kematian, biasanya anak-anak mengekspresikannya dengan beragam cara, seperti menangis, marah, lebih banyak diam, menolak kematian atau bahkan berbicara dengan orang yang meninggal. Seperti orang dewasa, kata Evita, reaksi anak dalam menghadapi kematian pertama-tama syok atau menyangkal. Kadang-kadang muncul rasa marah yang bisa ditujukan pada siapa saja, misalnya pada dokter yang tidak berhasil menyelamatkan, muncul rasa bersalah pada diri sendiri. Bahkan terkadang anak menjadi marah pada yang meninggal karena telah meninggalkannya, atau marah pada Tuhan.

"Berikan kesempatan pada anak untuk menampilkan emosinya, jangan memaksa anak menekan kemarahannya. Tunjukkan bahwa kita memahami perasaannya tersebut, bantu mereka untuk memahami bahwa mereka sedih karena kehilangan orang atau hewan yang sangat disayanginya, atau mereka cemas mengenai kehidupannya kelak," papar Bachrach. Kemudian bantu mereka untuk menyadari bahwa masih banyak yang dapat disyukuri.

Usia 3 tahun pertama: Walaupun anak bisa terkena dampak dari kematian di sekitarnya, namun anak belum paham benar. Oleh sebab itu, bagaimana reaksi lingkungan, terutama dari orang-orang yang dekat dan yang mengasuhnya yang akan sangat mempengaruhi mereka. "Bila yang mengasuh atau orang yang dekat dengannya sangat terpukul oleh kematian tersebut, anak akan mengalami gangguan emosional walaupun tidak sepenuhnya memahami kematian itu sendiri," jelas Evita.

Usia 3-6 tahun: anak mulai menyadari adanya kematian, namun mereka belum menyadari bahwa kematian itu bersifat permanen. Mereka menganggap bahwa kematian hanyalah sementara, maka tidak heran bila mereka seringkali menganggap orang yang meninggal bisa kembali lagi satu saat. Anak-anak usia ini menganggap orang yang meninggal masih mengalami apa yang dialami orang hidup, oleh karena itu mereka seringkali cemas bahwa orang yang dikubur itu akan kedinginan atau lapar.

Usia 6-9 tahun: masih menganggap kematian itu sementara sifatnya. Dan karena kemampuan kognitif yang masih terbatas, pemahamannya mengenai sebab-sebab kematian sering tidak logis. Misal, karena sering mengatakan bila anak nakal ibunya akan meninggal, maka ia mengira ibunya meninggal karena ia nakal. Ini akan menimbulkan perasaan bersalah pada anak. "Pada usia ini kematian seringkali belum bersifat personal, anak paham akan adanya kematian, namun mereka tidak sadar bahwa kematian juga bisa terjadi padanya," papar Evita.

Usia 9-10 tahun sampai remaja: anak mulai benar-benar memahami bahwa kematian tidak bisa dihindari, semua makhluk hidup akan meninggal dan ia pun akan meninggal suatu waktu.

Perlukah anak hadir di upacara pemakaman?
Bachrach mengatakan, pada usia 6-7 tahun, orangtua bisa mengajak anak menghadiri upacara pemakaman. Kebanyakan orangtua takut mengajak anak ke upacara pemakaman dengan alasan anak akan merasa sedih, takut bahkan trauma. Sebaiknya tetap libatkan anak di acara pemakaman, berikan mereka waktu secara privat untuk melihat terkahir kali orang yang mereka cintai.

Berikan penjelasan mengenai situasi saat upacara pemakaman pada anak, tanyakan pula bagaimana perasaannya. Anak perlu tahu, upacara tersebut akan berlangsung dengan mengharukan. Jika anak tak ingin ikut, jangan paksakan. Anak bisa lakukan hal-hal untuk mengenang orang yang mereka sayangi, misalnya menggambar kenangan kesukaannya, membuat album foto, dan melakukan hal yang istimewa untuk mengenang seseorang dengan membuat masakan favorit atau menyanyikan lagu kesukaan orang tersebut. “Dalam kematian, banyak hikmah yang bisa dipetik, ini merupakan kesempatan orangtua-anak untuk berbagi dan saling terikat. Ceritakan hal-hal baik dari orang yang meninggal bersama si kecil,” papar Bachrach.

Bagaimana seseorang menghadapi kematian tentu saja bersifat personal dan tergantung pada keadaan, begitu juga pada anak. Menghadapi kematian bukanlah sesuatu yang nyaman dan mudah, bahkan orang dewasa pun merasakan hal yang sama. Untuk menghadapinya, anak butuh bantuan orang-orang dewasa di sekitarnya. Elly Risma Musa MSi memberikan tips membantu anak menghadapi saat-saat kehilangan orang yang mereka sayangi:

a.Jangan menasehati anak dengan mengatakan ‘sabar ya’ karena tak bisa dipungkiri ini merupakan masa-masa yang sulit dihadapi termasuk oleh anak. Selain itu, Anda tidak tahu pasti apa yang dipikirkan dan bagaimana perasaan anak saat itu.
b.Jangan berdusta dengan mengatakan nenek akan ke surga. Sebaiknya berikan ucapan belasungkawa berupa doa.
c.Menamai perasaan anak terutama pada anak usia dini dengan mengatakan ‘Mama tahu kamu sedih karena ditinggalkan’ dan semacamnya.
d.Anda tak harus berkomunikasi melalui bahasa verbal, tapi juga bahasa tubuh dengan sentuhan atau pelukan yang hangat akan lebih membantu si kecil.

Sumber: Majalah Inspire Kids

Wednesday, September 03, 2008

Puisi Karya Mba Ifa

Barusan baca puisi hasil karya Ifa di buku tugas Bahasa Indonesia nya. Hi..hi....Umi salin di sini ya .... Kalo Aslinya sih ditulis pakai huruf bersambung.

----------------------------------------------------------
UMI DAN ABI

umi kau sangat baik sekali
sudah ngajak jalan-jalan ke mall

abi kau baik sekali sudah membelikan
nasi padang dan jus alpokat untukku

-----------------------------------------------------------

he...he... pinter ya mba Ifa bikin puisinya :D
abi nya nggak nyangka kalo perkara beliin nasi padang sama jus alpokat ternyata bisa jadi bahan puisi :D

note: nasi padang n jus alpokat di warung padang dekat rumah tuh makanan favoritnya si kakak.



Wednesday, June 18, 2008

Puisi Bunda (2)

Suamiku,

laksana terjatuh ke dasar jurang terdalam

tatkala ku sadar tak banyak yang bisa ku perbuat

terasa berat beban ini ketika kutanggung sendiri

bersyukur aku kau hadir jadi sandaran hati

Aku tahu sepenuhnya

tak boleh terlalu tinggi asa kugantungkan

tak boleh jua terlalu besar cemas kuhamparkan

Namun naluri bunda tak dapat aku kesampingkan

Suamiku,

tetaplah jadi peneguhku,

ketika penatku berubah menjadi amarah,

ketika amarahku berubah menjadi tangisan,

ketika tangisanku berbuah keputusasaan ...

Banyak hal yang ingin ku perbuat

Banyak hal yang ingin ku lakukan

Untuk dia yang kita sayang

Dampingi aku suamiku,

Iringi aku menapaki setiap jengkal langkahnya

Temani aku meneteskan air pengharapan untuknya

Agar kerasnya batu perjuangan dapat kita pecahkan bersama

Agar terbentang masa depan untuknya

Dampingi aku suamiku,

Bermunajat mengharap kepada-Nya,

Memohon kebaikan untuk dia

Memohon agar Allah Menjaganya

Memohon agar Allah Tunjukkan jalan masa depannya

Puisi Bunda (1)

Dari awal kami sepenuhnya faham

bahwa anak kami adalah titipan-Nya

Tiada kuasa bagi kami untuk menentang Kuasa-Nya

Pun ketika Dia memilih kami untuk mengasuh engkau anakku

Sejuta laksa tetap terukir di hati

Betapapun tak mudah menggapainya

Hanya doa dan harapan tak pernah putus terpanjatkan

Kepada-Nya kami berserah


Kamus Istilah Special Needs Children

Buat orang tua atau siapa saja yang mencari istilah-istilah yang terkait dengan terapi pada anak berkebutuhan khusus, silahkan jalan jalan ke : http://www.infoterapi.com/kamus.asp
Cukup lengkap untuk mengetahui deskripsi awal. Untuk deskripsi selengkapnya bisa ke wikipedia or sejenisnya. Semoga membantu ya.

Perlukah Terapi Sensori Integrasi Untuk Anak Saya

Seperti biasanya, kalau nemu artikel menarik, bunda copy disini aja ya. Jadi kapan saja butuh panduan dari artikel ini, nggak usah tanya-tanya ke om google terus. Bunda nemunya dii : cyberwomen[dot]cbn[dot]net


Perlukah Terapi Sensori Integrasi Untuk Anak Saya

Mother And Baby Wed, 26 Jun 2002 13:35:00 WIB

Nirmala,06/IV/Juni 2002

Pahamkah Anda mempunyai lebih dari lima indra? Selain mata hidung, lidah, telinga, serta kulit sebagai indra yang merespon rangsangan dari luar tubuh (misalnya berupa, sinar, bau-bauan, rasa makan suara dan sensasi kasar-halus dan sebagainya) Sebenarnya sejak lahir manusia dilengkapi dengan indera dekat yang bertugas menerima rangsangan yang datangnya dari dalam tubuh sendiri. Dalam buku The Out of Sync Child, Carol Stock Kranowitz, MA. dari Bethesd-Maryland, menjelaskan indera dekat kita itu adalah:

Indera Vestibular:
Indera ini terletak dalam telinga bagian dalam. Lewat reseptor ini kita kana diberitahu bagaimana posisi kita diatas permukaan bumi ini. Apakah kita sedang bergerak atau diam;seandainya bergerak, kearah mana gerakan itu, berapa kecepatanya dan sebagainya.

Indera Proprioceptive
Berasal dari bahasa latin, Proprio yang berarti milik sendiri, karena reseptor yang terdapat dalam otot ini, maka persendian dan jaringan ini ini akan menginformasikan ke otak perihal posisi badan dan gerakan yang dikerjakan, termasuk juga kekuatan.

Indera Tactile:
Sistem reseptor yang terdapat pada kulit disekujur tubuh ini berperan paling besar dalam menentykan kondisi fisik dan mental setiap individu. Setiap orang sejak bayi dan seterusnya selalu membutuhkan rangsangan tactile untuk tetap bisa beradaptasi dan berfungsu secara normal dalam lingkungan alam semesta. Lewat indera ini otak akan diberi tahu tentang rasa makanan enak, nyeri, panas-dingin, kasar halus, tekanan, getaran maupun gerakan.

Menurut A, Jean Ayres, Ph.D seorang ahli terapi okupasi Amerika Serikat yang selanjutnya dikenal sebagai penemu sensori integrasi pada tahun 1970-an. Seperti yang dikutip Carol Stock Kranowitz, MA. menjelaskan bahwa indera dekat, yaitu vestibular-taktile, dalam perkembangannya anak mengalami pematangan lebih dulu dibanding panc indera. Jadi indera dekat ini sifatnya lebih mendasar, fundamental. Bila indera dekat ini bisa berfungsi secara otomatis dan efisien, maka dalam perkembangannya seorang anak akan memiliki penglihatan, pendengaran, perhatian serta mampu beradaptasi secara baik dengan dunia sekitarnya.

Setiap detik otak menerima informasi dari berbagai reseptor tubuh; jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Untuk bisa merespon rangsangan ini secara berarti dibutuhkan otak yang handal, artinya mampu menerima rangsangan, mengolah, memilih rangsangan yang boleh diacuhkan dan boleh diabaikan. Proses ini diakhiri dengan tindakan respon disertai evaluasi apakah respon ini sudah dilakukan dengan sempurna. Coba Anda bayangkan, proses ini berlangsung sangat cepat dan seolah otomatis dalam sistem indera kita.

Rangkain proses menerima, mengolah dan selanjutnya memberi respon inilah yang disebut dengan sensor integrasi.

Anak mengalami disfungsi integrasi?

Otak yang memiliki sensor integrasi yang efisien tak akan sulit menerima, mengolah dan merespon rangsangan yang masuk ke otak. Otak akan akan selalu mencari rangsangan atau sensasi yang diperlukan untuk dapat berkembang.

Saat bayi baru lahir, dia baru menerima rangsangan dari indera terdekatnya yaitu indera vestibular-proprioseptive-taktile. Dari situlah bayi merasakan kalau tubuhnya diangkat atau diayun. Lewat indera tactile bayi bisa merasa nyaman saat dipeluk atau saat ia mengisap susu ibunya; baru kemudian bayi mendapat informasi mengenai wajah, benda-benda sekitarnya melalui penglihatan. Dengan kondisi otak yang normal, bayi akan berkembang terus untuk mendapatkan sensasi pada indera vestibular dan proprioseptive yang lebih banyak.

Lewat proses ini bayi belajar menggerakkan anggota tubuhnya; dia mulai berguling, merayap dan merangkak. Bayi juga mulai mencari-cari suara yang memanggilnya;dia mulai belajar bersuara, belajar berkomunikasi secara verbal (berbicara), membedakan bentuk, warna serta ukuran. Melalui integrasi gerakannya anak mulai mampu menyusun balok, meronce, menggunting, lalu menulis. Anak juga selanjutnya juga bisa berlari, melompat, memanjat, naik sepeda, yang semua itu meliputi kemampuan koordinasi gerak, keseimbangan tubuh serta perencanaan gerakan.

Anak serasa bermain
Dalam terapi sensori integrasi. Pada tahap awal seorang terapis akan melihat, mengevaluasi problem sensori yang dialami setiap anak. Selanjutnya secara individual akan dibuatkan menu terapi sesuai dengan kebutuhan anak. Nah, memasuki sebuah ruangan terapi SI seolah Anda memasuki arena bermain.

Disitu tersedia berbagai peralatan bermain yang semuanya sudah didesain secara khusus dengan fungsi, bentuk, bahan warna yang sudah memenuhi standart tertentu untuk mengasah sensori integrasi. Seperti yang terlihat diklinik Efrata dibilangan Kepak Duri, Jakarta Barat. Dalam ruang seluas sekitar 75 meter persegi itu tersedia kolam bola, balok-balok titian berbagai bentuk. beberapa ayunan, trampolin, titian keseimbangan, tangga, balok-balok panjat, bentangan kain lycra, alat luncur/scoter, matras untuk menghindari benturan, bantal-bantal besar yang berfungsi merangsang kontrol gerakan anak.Ruang ini dilengkapi dengan taman yang dilengkapi dengan taman yang dirancang dengan permukaan gradasi dari halus sampai kasar untuk merangsang sensori tactile telapak kaki.

Selain membawa si anak terapi SI yang dilakukan di klinik dengan ajdwal yang sudah teratur, semestinya juga para orangtua juga bisa melanjutkan ataupun menyelenggarakan terapi tersebut di rumah, meski dengan peralatan yang sederhana bahkan dengan modifikasi sendiri. Kreatifitas orangtua tentu sangat diharapkan dengan dalam membentuk tim terapis yang kompak di rumah untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus mereka.

Ini dituturkan oleh Dra. Irma Kuntohadiprojo, Pimpinan Sekolah Pribadi Mandiri, sebuah sekolah khusus untuk remaja yang banyak menerapkan sistem terapi sensori integrasi dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya: sebelum memulai kegiatan belajar di dalam kelas, selama 10 menit murid-murid melakukan relaksasi dengan cara berbaring dengan posisi tertentu (tengkurap sambil kepala dihadapkan secara bergantian ke dua arah) di atas matras. Ini dilakukan untuk melatih konsentrasi dan melepas stres. Selama 10 menit selanjutnya murid-murid melakukan senam otak (Brain Gym) yang dalam 3 minggu sekali gerakannya akan diganti.

Dengan demikian diharapkan anak-anak lebih siap belajar, otaknya lebih siap menerima rangsangan, ujar Irma. Dalam mata ajaran ketrampilan memasak misalnya, dijadwalkan membuat kue dalam bentuk bulat. Disitulah ajang mengasah sensori tactile pada telapak tangan, motor planning (dengan memutar-mutar kedua tangan secara seimbang dengan tekanan tertentu), dan dalam suasana yang menyenangkan bersama teman-teman.

Ada yang usul pakai sendok makan, agar tangannya tak kotor, ada yang sebentar-sebentar cuci tangan karena merasa tak bisa belepotan, namun guru pengawas yang juga menjadi teman bermain akan memintanya menggunakan kedua telapak tangan. Disitu bisa terlihat bagaimana kemampuan sensori anak, ada yang berhasil membentuk bulatan bagus, ada yang gepeng tak bisa bulat, bahkan ada yang sama sekali tak bisa terbentuk bulatan, lanjut Irma.

Beberapa Contoh aktivitas untuk melatih sensori anak di rumah

  1. Main tebak huruf dan angka
    Dengan menggunkaan jari telunjuk, coba buatlah bentuk angka atau huruf di punggung anak. Tentu saja , huruf ataupun angka tersebut sudah dikenal oleh anak Anda sebelumnya. Minta anak Anda menebak bentuk yang Anda buat. Latihan ini baik untuk merangsang tactile pada kulit punggung.

  2. Tangkap teman
    Masukkan beberapa mainan anak ke dalam kotak bekas ataupun ember plastik. Pilih beberapa benda yang variatif, misalnya kelereng, mobil-mobilan, tali sepatu, sikat gigi, boneka kain, bintang-bintang plastik, dadu. Mintalah anak meraba dan memilih satu benda tanpa ia harus melihatnya. Kemudian minta dia menebak, kira-kira, siapa teman yang dia pegang. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi tactile jari-jari.

  3. Berayun asyik
    Ambil selimut tebal yang masih kuat. Pegang masing-masing ujungnya oleh 2 orang dewasa, lalu mintalah anak Anda naik. Selanjutnya perlahan-lahan angkat selimut tersebut dan mulailah diayun. Mulailah dengan ayunan perlahan. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi vestibular.

  4. Porter jagoan
    Biasakanlah anak Anda mengangkut keranjang cucian (dicoba dengan beban yang tidak terlalu berat) misalnya memindahkannya dari kamar mandi ke tempat cuci.. Atau cobalah melatihaknya dengan membawa barang belanjaan ANda dari supermarket. Pilih barang-barang yang tidak mudah pecah. Bisa juga setiap pagi dilatih untuk menyandang sendiri rngsels ekolah di punggungnya. Latihan ini baik untuk integrasi sensori proprioseptive.

  5. Kursi T
    Mintalah bantuan pada tukang kayu (atau mau mencoba sendiri) untuk emmbuat kursi T. Yaitu dua balok kayu berukuran 40 X 15 X 10 cm. Pasang dua balok tersebut. Bisakanlah anak duduk secara teratur misalnya selama 10 menit diatas huruf T ini. Sebagai huruf T, rekatkan dengan kuat dengan memakunya. Latihan sesering dan selama mungkin. Dengan dududk diatas kursi T, anak akan dilatih kepekaanya pada keseimbangan dan kemampuanya memperhatikan sesuatu.


Contoh disfungsi Sensori Integrasi
  • Anak tampak malas bergerak

  • Keseimbangan tubuh kurang baik, sering jatuh

  • Anak sering berjalan jinjit, berputar-putar atau meloncat-loncat

  • Sering terbalik dalam menulis atau membaca huruf atau angka (misalnya huruf b atau d, angka 6 atau 9)

  • Sering memukul meja atau tembok

  • Bila menulis tekananya terlalu kuat

  • Suka menggigit atau memainkan sesuatu

  • Sulit menerima aktivitas baru

  • Menolak menginjak rumput, pasir atau kerikil

Sumber: Tabloid Ibu Anak

Monday, June 16, 2008

Craniosacral Therapy

Bunda belum tahu persis seperti apa Craniosacral therapy ini, karena belum coba. Yang sudah pernah coba pijat refleksi dan Pijat Getar Syaraf.

Bunda dapat info ini dari milis Ayo Main :

Untuk info ttg apa & bagaimana Craniosacral Therapy (CST) yg ditemukan oleh Dr. John E. Upledger itu bisa dilihat di:

http://www.upledger.com/clinic/bio_jeu.htm

http://www.adidacst.com/cranioSacral.htm

http://www.iahe.com/html/therapies/cst.jsp

http://www.craniosacraltherapy.org/CSTA_home.html

ENCEPHABOL

Ini juga masih dalam rangka Bunda kumpulkan info tentang obat-obat yang pernah diberikan ke Alizza. Encephabol ini pernah dikonsumsi Alizza dalam waktu yang lumayan lama. Dan akhirnya berhenti karena ganti dokter dan ganti obat.
Artikel di bawah ini bunda dapat di Medicastore.com

NAMA
ENCEPHABOL
GENERIK
Pyritinol HCl.
INDIKASI
Trauma kranioserebral, kondisi setelah operasi otak, kerusakan pembuluh darah otak & proses degeneratif otak, pencegahan keadaan kacau/kebingungan setelah penggunaan narkotik, kondisi setelah otak kekurangan oksigen (diikuti dengan henti jantung).
KONTRA INDIKASI

PERHATIAN
Interaksi obat : d-penisilamin, preparat/sediaan emas, Levamisol.
EFEK SAMPING
Jarang : ruam kulit, peningkatan suhu, kelainan hati & saluran pencernaan, gangguan pengecapan, gejala-gejala eksitabilitas yang berlebihan, kasus-kasus tunggal reaksi kulit seperti pemfigus & liken planus.
KEMASAN
Cairan 100 ml.
DOSIS
3 kali sehari 1 sendok teh selama 8-10 minggu.
PABRIK
Merck.
FOTO


HARGA
Rp. 50,600,- / kemasan

Harga tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Untuk Informasi harga terkini dan pembelian silahkan hubungi
call center kami di 021-727 99411 atau email order@medicastore.com

Sunday, June 15, 2008

Gangguan Hiperkinetik

sumber : http://www.geocities.com/almarams/Hiperkinetik.html

Apakah Gangguan Hiperkinetik itu?

Gangguan Hiperkinetik adalah gangguan yang mulai tampak sejak masa kanak, biasanya sebelum usia 7 tahun. Ia memiliki 3 ciri utama yaitu ketidakmampuan memusatkan perhatian, kesulitan mengendalikan impuls/dorongan (impulsivitas), dan hiperaktivitas.

Gangguan ini telah dikenal sejak hampir seratus tahun yang lalu. Banyak nama lain dipakai untuk menyebut gangguan ini, antara lain Gangguan Pemusatan Perhatian, Disfungsi Otak Minimal (Minimal Brain Dysfunction/MBD), dan Hiperaktivitas.

Dari penelitian, terutama di luar negeri, ditemukan bahwa sebanyak 3 sampai 5% anak menderita Gangguan Hiperkinetik. Anak laki-laki jauh lebih banyak dari anak perempuan.


Bagaimana kita tahu bahwa seseorang anak menderita Gangguan Hiperkinetik?

Anak dengan Gangguan Hiperkinetik menunjukkan beberapa gejala dari yang berikut:

Tidak mampu memusatkan perhatian, misalnya:

  • Perhatiannya mudah beralih
  • Sering tidak memperhatikan hal-hal kecil/detil, atau membuat kesalahan yang sepele
  • Tampak tak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya
  • Tidak bisa menaati perintah
  • Kesulitan dalam pengaturan tugas/perkerjaannya
  • Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan terhadap tugas-tugas yang memerlukan pemikiran dan konsentrasi (seperti pelajaran atau pekerjaan rumah)
  • Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugasnya
  • Tidak bisa bermain suatu permainan dengan cukup lama
  • Sering pelupa dalam kegiatan sehari-hari
Kesulitan untuk mengendalikan dorongan/impuls (impulsivitas):
  • Membuat kesalahan-kesalahan yang bersifat sembrono atau impulsif
  • Sering berteriak di kelas
  • Sulit menunggu giliran, tak sabar
  • Mengerjakan hal-hal berbahaya tanpa pikir panjang
  • Mengacau permainan anak lain
  • Menyela pembicaraan
Hiperaktivitas:
  • Menggerak-gerakkan tangan dan kaki
  • Sulit tetap duduk diam, sering meninggalkan tempat duduknya
  • Berbicara sangat banyak
  • Sering berlari-lari atau memanjat pada situasi yang tidak pantas
  • Berganti-ganti kegiatan tanpa menyelesaikannya
Anak dengan Gangguan Hiperkinetik sering tertarik akan sesuatu rangsangan atau hal-hal yang baru dan akan dengan mudah teralihkan perhatiannya oleh lingkungan. Apa yang menarik perhatian anak ini berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan sering tak sejalan dengan apa yang dianggap penting oleh orang tua atau guru. Singkatnya, anak ini tahu mengarahkan perhatian, tapi sering tak dapat menentukan apa yang relevan atau berhubungan dengan tugas yang sedang dilakukan.

Apakah penyebab Gangguan Hiperkinetik?

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai penyebab Gangguan Hiperkinetik. Pada sebagian kasus dapat ditemui riwayat cedera selama kehamilan atau kelahiran, kelambatan pertumbuhan, keracunan alkohol, timah hitam, atau alergi makanan. Tetapi, pada sebagian besar kasus justru tidak ditemukan hal-hal tersebut.

Akhir-akhir ini para peneliti memusatkan perhatian pada perubahan zat-zat kimia di otak sebagai penyebab Gangguan Hiperkinetik dan menganggap bahwa perbedaan biokimiawi otak dapat menyebabkan kurangnya pengaturan terhadap pemusatan perhatian (atensi), impulsivitas, dan aktivitas motorik (pergerakan). Namun, masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk kepastiannya.

Akibat apakah yang dapat terjadi pada anak dengan Gangguan Hiperkinetik?

Jika tidak ditangani atau diobati dengan baik, anak dengan Gangguan Hiperkinetik kemungkinan besar akan tertinggal pelajaran di sekolah, tidak naik kelas, atau bahkan putus sekolah.

Hubungan dengan teman sebaya juga terganggu karena anak ini sulit bekerja sama dalam bermain atau kegiatan lainnya.

Harga diri akan terlukai karena ia mengalami lebih banyak kegagalan daripada kesuksesan. Juga karena ia sering dikritik, ditegur atau dimarahi guru dan orang tua yang tidak menyadari kondisi yang diderita dia.

Bagaimana mendeteksi seorang anak dengan Gangguan Hiperkinetik?

Menentukan apakah seorang anak menderita Gangguan Hiperkinetik adalah suatu proses yang mempunyai banyak sisi dan memerlukan waktu. Cukup banyak keadaan atau masalah fisik dan psikologis yang dapat mencetuskan gejala yang mirip seperti gejala-gejala hiperkinetik.

Anak tersebut perlu diperiksa oleh seorang ahli, dalam hal ini dokter spesialis jiwa/psikiater atau lebih baik dokter spesialis jiwa anak/psikiater anak, yang akan mempertimbangkan data dari pemeriksaan terhadap anak, data dari orang tua, guru dan dari test-test yang dilakukan.

Guru dan orang tua dapat membantu dengan memperhatikan perilaku anak mereka, apakah cocok dengan tanda-tanda Gangguan Hiperkinetik.

Kuesioner berikut ini dapat membantu kita untuk menilai kondisi seseorang anak sekiranya kita curiga bahwa ia menderita Gangguan Hiperkinetik. Skor 12 atau lebih, mencurigakan suatu Gangguan Hiperkinetik. Sebaiknya anak tersebut dikonsultasikan ke seorang ahli.


Silakan memberikan penilaian tentang bagaimana keadaan si anak untuk setiap gejala di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang menunjukkan berat ringannya permasalahan. Kemudian, nilai yang ada dijumlahkan.



Tidak sama sekali
(nol)
Sekali-sekali
(1)
Cukup sering
(2)
Hampir selalu
(3)
1.
Tidak kenal lelah atau aktivitas yang berlebihan



2.
Mudah menjadi gembira, impulsif



3.
Mengganggu anak-anak lain



4.
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulainya, selang waktu perhatiannya pendek



5.
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus



6.
Perhatiannya kurang, mudah teralihkan



7.
Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustrasi



8.
Sering dan mudah menangis



9.
Suasana hatinya berubah dengan cepat dan drastis



10.
Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga




Abbreviated Conner's Teacher Rating Scale (Am J Psychiatry 126(6): 884-8, 1969), terjemahan Sasanti Yuniar (Jiwa XXV(2): 87-104, 1992)

Bagaimana penanganan seorang anak dengan Gangguan Hiperkinetik?

Penanganan seorang anak dengan Gangguan Hiperkinetik membutuhkan kerja sama berbagai pihak: psikiater, orang tua, guru dan, kalau bisa, anak itu sendiri.

Biasanya dipergunakan kombinasi berbagai cara (konsultasi, latihan, pendidikan), termasuk pemberian obat tertentu, untuk mencapai hasil yang maksimal.



Lembar Informasi ini dibuat oleh Dr. Albert Maramis dan Dr. Sasanti Yuniar, SpKJ. dari Lab/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Dokumen ini dapat direproduksi secara cuma-cuma tanpa ijin penulis selama dikutip secara keseluruhan, tidak bertujuan komersial dan dengan mencantumkan sumbernya.

Surabaya, 18 Februari 1998.

Thursday, June 12, 2008

Main di Laut

Alizza seneng banget main air. Mau di ember, mau di kolam renang, mau di laut, semua suka :D
2 minggu lalu, PG nya ngadain acara main air bersama di kolam. Berhubung kolam keceh (bhs jawa) jadi aman buat anak2 PG. Lha wong cuma sebetisnya Alizza. Bahkan ada bagian kolam yang cuma semata kaki. Jadi bisa rebahan di kolam.
Wuih....belum sempat digantiin baju, Alizza sudah nyemplung di kolam, lengkap dengan baju seragamnya. Teman-temannya yang lain juga tuh. Malah saya belum sempat melepas diapersnya :D
Lalu minggu kemarin, kejadian di rumah mbah nya. Saya sedang nyapu di teras depan, sedangkan Alizza yang sudah mandi, rapi jali dan pakai sepatu, ikut mbah di belakang. Ternyata oleh mbah, ditinggal sebentar ngambil sesuatu. Eh...kok ya Alizza-nya sudah "hilang". Dan kami menemukannya di kamar mandi, sedang menumpahkan seember penuh air dengan ekspresi girang bukan main. Hasilnya.....basah kuyup sak sepatu-sepatune. Oalah Nduk......
Kalau foto di atas diambil waktu main di pantai Marina. Cuma satu sisi ini aja yang airnya layak. Sisi yang lainnya adddduuuuh.......nggak tahan deeehhh.

Wednesday, February 27, 2008

Umi..sini dong...

Andai bisa berkata-kata, mungkin itu yang mau diungkapkan Alizza .
Kalau ingin mengajak saya lihat sesuatu, Alizza akan pegang tangan umi kuat-kuat, trus ditarik menuju obyek yang ingin diperlihatkan, setelah sampai, dia ndeprok, pegangannya dilepaskan, trus dia lihat ke umi sambil tersenyum.
Atau kalau lagi pengin ditemani lihat TV misalnya, ya tangan umi ditarik, sampai di depan TV, kalau umi masih berdiri, ditarik-tarik lagi supaya duduk.
Lagi pengin coba pakai visual support nih seperti yang diajarkan Bu Ratna , Mama Liza.

Jongkok

Tidak mudah bagi Alizza untuk jongkok. Butuh latihan yang cukup lama. Maka, jika saat ini Alizza suka sekali jongkok ketika mengintip atau mencari sesuatu di bawah meja, rasa syukur selalu terpanjatkan.
Jika sebelumnya saat jongkok, kakinya masih geliyutan (kurang kokoh), sekarang Alizza sudah bisa jongkok dengan cukup kokoh, nggak gampang ndeprok (jatuh terduduk).
Posisi ini juga jadi salah satu posisi favorit dia sekarang. Biasalah, kalau ada kebisaan baru, bakal bertahan cukup lama jadi posisi favorit, sampai dia nemu posisi baru yang lebih enak.

Tuesday, February 26, 2008

Manjat

Si kecil Alizza lagi punya hobi baru, manjat. Apa aja yang bisa dipanjat dan terjangkau, akan jadi sasarannya. Salah satu tempat favoritnya lemari pakaian. Tentu saja, ini cukup berbahaya. Tadi malam, setelah menapak di kolom pertama lemari pakaian mbaknya, dia berusaha untuk turun. Lucunya, karena tidak kuat, pegangannya di kolom kedua lepas, sehingga dia pada posisi jongkok, dengan tangan berpegangan pada baju-baju di kolom 1. Setelah tidak juga bisa mengatasi permasalahannya, Alizza mulai menangis :)
Akhirnya bisa turun dengan dibantu Umi deh. Sayang Umi nggak sempat ngambil gambarnya. Keburu terkesima dengan upayanya untuk turun.

Sunday, February 03, 2008

KABAR DUKA ITU....

INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJI’UUN

Telah berpulang ke Rahmatullah,

Ayahanda kami tercinta,

Bapak ABUBAKAR MACHFUD

Pada hari Jumat tanggal 25 Januari 2008 pukul 20.30 wib , pada usia 59 tahun 11 bulan 2 hari

Ya Allah…

Ampunilah dosa ayahanda kami..

Terimalah taubatnya…

Terimalah seluruh amal baiknya…

Luaskanlah dan terangkanlah kuburnya

Jauhkanlah dari adzab kubur-Mu

Lapangkanlah jalannya menuju Syurga-Mu

Ya Allah…

Karuniakanlah kami kesabaran

Dalam menghadapi musibah…

Jadikanlah kami hamba yang senantiasa ikhlas menerima Takdir-Mu

Jadikanlah kami anak-anak keturunannya, tetap dalam iman dan islam

Jauhkanlah kami dari fitnah sepeninggalnya..

Amiin yaa Robbal 'aalamiin